Minggu, 29 Agustus 2010
Wed Thought
Di berita pernikahan ke-dua sahabat saya dulu, saya menangis. Ga ikhlas. Hahahaha. Geblek. Nangisnya juga ga gero-gero kata orang jawa bilang, bukan yang histeris gimana gitu. Tapi nangis sedih.
Saya menganggap *waktu itu* ke dua sahabat saya itu memutuskan bunuh diri. Maksud saya, mereka begitu muda, mereka melepaskan banyak hal menarik di depan sana. Apalagi mereka katholik, yang tau sendiri, pernikahan adalah keikhlasan mengikat diri sendiri dan haram hukumnya untuk cerai.
Kalimat yang saya ingat waktu sahabat saya, VR nelp, waktu itu kami masih 22 or 23 (!), dia bilang dia mau nikah dan hati saya tiba2 sakit sekali. It was like; she’s telling me that she will be gone real soon. Dia baru lulus S1, belum sempat kerja, dia pintar sekali. Tapi semuanya mau dia lepas demi kawin (!) Saya menanyakan banyak hal, kenapa, apakah dia yakin, apakah…apakah…apakah, terakhir saya mengancam, saya akan nangis di misa pernikahan mereka. Terus, kalo sampai terjadi sesuatu di pernikahannya, saya akan bilang “ see what I told you”. Hahahaha. Tentu saja mereka tetap menikah. And through the troubles on their marriage (dan saya tak sampai hati untuk bilang “see what I told you” waktu dia curhat) …sampai sekarang pun saya juga tetap ga tega buat bilang.hehe.
Sahabat yang ke-2…hhhh. Well. I don’t know. I am happy for her tapi juga agak regretting keputusannya untuk givin up the last semester of her college demi menikah. And now, she seems so content being a mother of 2.
Seiring bertambahnya umur, satu –satu teman – teman saya pada masuk penjara *baca : menikah* . Anehnya teman2 dekat saya belum banyak yang berganti status. Dari single jadi double or triple. Hihihi.
But nampaknya di dua tahun menjelang 30 ini, keadaan agak berbeda. Tahun lalu, 2 sahabat saya yang lebih muda beberapa tahun dari saya juga menikah.
Tahun ini satu teman dekat lain juga akan menikah. Well, I’m happy for them. Though I still don’t understand why, apa sih yang dirasain orang sampai ingin mengikatkan diri satu sama lain?
Ga, saya ga akan sinis. Saya respek dengan institusi perkawinan – justru karena itu saya curious. Sometimes I just don’t get the reasons.
Umur? Haish.
Anak? Egoistic people, kalo nikah cuma buat bikin anak. What? Are you going to make a clan? Masih banyak kok anak yang ga keurus kok di dunia. And do you think you are capable enough to make them happy? To take care of them?
Secure?...Love?...Physical Attraction?...sigh.
Perlu ga sih bikin target? Hidup memang perlu planning. Tapi memaksakan diri untuk masuk ke plan yang dirancang juga ga logis. But then, again, salut saya untuk mereka yang cukup berani mengambil keputusan untuk mengambil segala resiko dengan menikah. Semoga happy =)
ps.
hari ini di milis muda/i Katholik yang saya ikutin, ada seorang anggota milis ngepost email, mengiklankan dirinya cari jodoh, tapi dengan sederet syarat, perempuan itu harus Chinese, Dokter, menerima orang jawa dan siap nikah, yang lain dia tidak penting. hahahaha.
Secetek itu ya? Tapi ada lho yang ngebales, seorang perempuan, 34 th, chinese, S1 Hukum spesialisasi Pengacara. Heran. Saking desperatenya apa ya, sampai lupa, ngebalesnya kan enakkkan kalo japri (jalur pribadi) hehehehe. Well, i hope they will end up happily ever after. *smirk*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar