Tetiba teringat waktu jalan-jalan dengan beberapa teman beberapa waktu lalu.
Kami ber-6 pergi ke satu daerah wisata di Bogor yang menawarkan pemandian air panas.
Kolam air panas serupa kolam renang penampungan air panas dari mata air terdekat.
Meskipun saat ini lokasi wisata ini jauh lebih komersil dari pada beberapa tahun terakhir saya mengunjunginya, tetap saja, HTM nya jauh lebih murah ketimbang berwisata di kota.
Yang menarik adalah, beberapa pengunjung yang 'nyemplung' di tengah kolam dengan uap panas mengebul, mereka merokok.
Lucu, karena asap rokok mereka pun membuat kolam terasa lebih 'mengebul'. Dan mengundang komentar beberapa pengunjung lain, termasuk saya.
(Capek ya bok, pake bahasa baku. Huehehehe. Aku akan berusaha melanjutkannya)
Yang terdengar selanjutnya, 'itu mah merokok cuma gegayaan, di air merokok, terus cuma ditaro bibir, isap buang. Yang beneran ngerokok, isap, masukan dada, hembuskan, keluar dr hidung, mulut"
Saya cuma nyengir.
Saya merokok, bukan rutin. Ah, tetap saja deng, saya perokok, karena untuk hitungan rutin tidak jelas, saya punya pola, dalam sebulan atau malah seminggu, ada hari-hari saya menikmati 'ngebul'.
Saya jadi memperhatikan gaya saya merokok.
Apakah cuma gegayaan? Apa saya menikmati?
Sekedar nempel di bibir, hembuskan. Atau, hisap, telan dan hembuskan?
Keduanya. Hahaha.
Oke. Saya merokok karena pilihan saya sendiri yang jelas. Ada waktu saya menolak tawaran rokok, ada waktu saya mencari rokok.
Jadi apaaaa yang mau saya sampaikaaan? Apaaaa?
Memilih. Lakukan semuanya karena pilihan yang disadari.
Sent from Maroon
Powered by The Nerves
Tidak ada komentar:
Posting Komentar