Untuk menangis pun, aku tidak punya alasan.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Rabu, 16 November 2011
Sayang, aku...
Waktu pun membakarku.
Mengeringkan setiap lembab cerita.
Asapnya mengaburkan ingatan.
Aku mau kamu.
Sangat.
Aku rindu.
*di deretan sepatu, yang udah diskon'pun masih diangka setengah juta, menambah sedu.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Mengeringkan setiap lembab cerita.
Asapnya mengaburkan ingatan.
Aku mau kamu.
Sangat.
Aku rindu.
*di deretan sepatu, yang udah diskon'pun masih diangka setengah juta, menambah sedu.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Minggu, 06 November 2011
ID
Sometimes I just don't know, what is really inside my head.
What I really feel.
Do I really alive?
The butterflies.
The aching heart.
Aku kah yang menyanyikan lagu cinta.
Aku kah yang mengaduh menyayat luka.
Aku kah yang tertawa dan menakik sembilu berulang kali?
What I really feel.
Do I really alive?
The butterflies.
The aching heart.
Aku kah yang menyanyikan lagu cinta.
Aku kah yang mengaduh menyayat luka.
Aku kah yang tertawa dan menakik sembilu berulang kali?
Terdiam aku di sudut, sementara 'aku' dan berjuta 'aku' lainnya menokohkan cerita.
Aku kah itu?
Jumat, 04 November 2011
Aku, mahluk hina ini.
Takkan pernah sanggup menjelaskan kepadamu atau siapapun rasanya menjadi alang-alang tercabut di akar-akarnya.
Perlahan, sekarat, terbakar panas mentari.
Sedetik aku sempat bermimpi, bisa menegakkan diri - menancap akar kuat kuat di sejuk kedalaman tanah.
Aku, mahluk hina ini. Menerima kalah di roda nasib. Melebur diri pada ibu bumi.
Takkan pernah sanggup menjelaskan kepadamu atau siapapun rasanya menjadi alang-alang tercabut di akar-akarnya.
Perlahan, sekarat, terbakar panas mentari.
Sedetik aku sempat bermimpi, bisa menegakkan diri - menancap akar kuat kuat di sejuk kedalaman tanah.
Aku, mahluk hina ini. Menerima kalah di roda nasib. Melebur diri pada ibu bumi.
Rabu, 02 November 2011
Eulogy
Seperti tercekat dan tergetar di seluruh jiwamu.
Seperti prajurit spartan yang bersimbah darah di akhir perang.
Aku pulang tapi nyaris tak bernyawa. Menyungging senyum kebanggaan turut dalam pertunjukan .
Menahan nyeri setiap tarikan nafas, berlubang di dada.
Seperti prajurit spartan yang bersimbah darah di akhir perang.
Aku pulang tapi nyaris tak bernyawa. Menyungging senyum kebanggaan turut dalam pertunjukan .
Menahan nyeri setiap tarikan nafas, berlubang di dada.
Aku ada. Masih ada. Tapi entah akan seperti apa.
Langganan:
Postingan (Atom)