Minggu, 17 April 2011

#Pernah - Part1

Pernah, kau ingin bisa memintal waktu, menggulung & mengulurnya.
Walau ada saat kau ingin memberi waktu kecepatan cahaya agar cepat berlalu

 

"... Kau disana, Tris? .."

"Iya, aku disini..

Ini saat-saat aku ingin memberi waktu kecepatan cahaya, berlalulah, enyah.
Segera. Menjauh. Time heals? Amen for that. Aku ingin cepat sembuh.

Hela nafas.

"Tris,  kamu ga bisa terus-terusan diam"

"……aku juga tidak bisa terus-terusan menangis"

Hela nafas. Lagi.

" Aku harus pergi. Aku telepon lagi nanti, ya?"

"iya, thanks. "

"Tris, please. Ini sulit buat aku juga"

"…iya, maaf.."

"talk to you later, dear. Be good to your self ….." , 2 detik jeda dan 2 detik dalam satu tarikan nafas , "..sayang kamu, Tris. Selalu"

Hujan dari mana? Awan yang mana? Dari uap laut? Sungai? Got? Airmata?.
Hah. Berapa banyak manusia harus menangis untuk bisa membuat gerimis?

Hujan belum juga reda dari tadi malam. Dari tarikan nafas dua detik.

Trisca menghembuskan nafas di kaca jendela. Uap. Embun. Jarinya membuat putaran-putaran menggambar di kaca. Lama-lama kusut. Seperti kepalanya.

Tik. Tik. Tik. Rintik dari cucuran tingkap teras tak membuat suasana tenang. Ritmik harusnya menenangkan. Yoga membuat tenang dengan ritme hmmm'nya kan?

Trisca melirik jam bulat di atas pintu. Menanti . Tk.tk.tk.tk. tk. Valid.  Jam 7 pagi.
7 Jam sejak tarikan jeda dua detik.

Kemana matahari saat dibutuhkan? Patah hati? Kalah dengan bulan dan memilih bersembunyi di balik awan.

You used to be my sunshine. Now I can't find you anywhere.

Piiiiiiiiiftttttttttttt.
 
***
Ini iseng nulis, ga tau mau gue terusin atau engga. Pengen banget nerusin, at least ada sesuatu yang harusnya bisa gue tuntasin. hehe
hey, Linka. Gimana kemajuan-mu jadi penulis? ayo teruskaaan!

Tidak ada komentar: